Thursday, November 14, 2013

Misteri Dibalik Peristiwa Gerakan 30 September PKI

Sejarah tentang Gerakan 30 September PKI yang selama ini kita ketahui (versi SOEHARTO) bahwa gerakan G 30 S PKI merupakan rencana kudeta terhadap pemerintahan yang berkuasa saat itu yaitu Soekarno dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap Jenderal- jenderal ABRI yang dimotori oleh PKI dan dibantu dengan militer yang berafiliasi dengan PKI yaitu Cakrabirawa dibawah Letkol Untung. Sejak dari kecil setiap tanggal 30 September kita disuguhi oleh film tentang pemberontakan PKI dimana disitu ditayangkan bagaimana PKI dengan kejamnya menculik dan membunuh 7 dewan jenderal. Namun semua itu hanyalah film buatan orde baru yang tentu kita tidak tahu bagaimana kebenaran ceritanya. Bahkan ketika orde baru runtuh pun kita belum tahu bagaimana sejarah yang benar tentang peristiwa tersebut, mengingat banyak saksi sejarah yang sudah tidak ada (meninggal, vonis hukuman mati atau bahkan ditembak ditempat).
Sampai dengan saat ini masih banyak sekali labirin – labirin yang selalu menimbulkan pertanyaan, dan dari berbagai buku dan literature yang ada, baik terbitan barat, maupun kesaksian subandrio pun masih banyak hal yang menjadi pertanyaan. Hal ini seharusnya pemerintah perlu meluruskan bagaimana sejarah yang sebenarnya terjadi pada saat peristiwa Gerakan 30 September PKI, sebab peristiwa ini merupakan tonggak awal dari berdirinya rezim kediktatoran Soeharto, masuknya korporat- korporat asing yang mengeruk kekayaan bangsa kita. Selain itu yang terpenting adalah bagaimana bencana kemanusiaan, pembunuhan masal terhadap orang- orang PKI diseluruh negeri ini yang menurut berbagai sumber mencapai setengah juta jiwa di Jawa dan Bali ini bisa terjadi. Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap pembantaian tersebut?siapakah yang harus bertanggungjawab terhadap pengambilan hak – hak, pendiskriminasian mereka yang keturunan PKI?bagaimana mungkin kesalahan kolektif masih bisa diterima oleh bangsa ini?itulah rule of law yang telah ditolak diseluruh dunia, hanya bangsa kita lah yang menerimanya. Bagaimana mungkin pemberontakan oleh militer dan sipil yang pro terhadap PKI menjadi kesalahan seluruh partai PKI? dosa seluruh pengikut PKI? Ingat bahwa saat itu PKI merupakan partai ke 4 terbesar. Apakah sebanyak itu pula orang jahat dinegeri ini?
Banyak sekali kejanggalan- kejanggalan yang terjadi dalam peristiwa Gerakan 30 September PKI apabila itu disebut kudeta terhadap pemerintahan, mengingat kudeta ini hanya berumur pendek, dalam kurun waktu beberapa hari saja para pemimpinnya sudah ditangkap semua. Adalah suatu yang janggal ketika sebuah partai yang besar melakukan kudeta dengan rencana yang tidak tersusun rapi dan dalam waktu singkat bisa dipadamkan. Kejanggalan berikutnya adalah bagaimana mungkin partai yang saat itu dekat dengan presiden karena menyetujui aksi “Ganjang Malaysia” yang ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu.Para jenderal pada saat itu tidak ingin untun melawan malaysia karna malaysa adalah negara persemakmuran inggris.Di pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim. PKI juga memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri, jadi motif PKI untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya idealis.Bagaimana keterlibatan agen CIA terhadap aksi ini, mengingat posisi Indonesia yang kuat dalam percaturan politik internasional dibawah Soekarno sudah mulai membahayakan Amerika yang pada saat itu sedang berperang di Vietnam. Kejanggalan terakhir adalah siapa yang berada dibalik semua peristiwa tersebut? Apakah kudeta Gerakan 30 September PKI merupakan kudeta yang direncana untuk gagal karena ada kudeta merangkak dibelakangnya.
Kita tidak bisa tahu secara pasti karena berbagai fakta sejarah telah bercampur menjadi fiktif, sehingga sukar kita mengetahui apa dan bagaimana peristiwa tersebut secara utuh. Yang ada hanyalah kepingan – kepingan fakta sejarah yang membuat kita menyimpulkan sendiri bagaimana sebenarnya peristiwa Gerakan 30 September PKI tersebut. Dari buku “Dalih Pembunuhan Masal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto “ karya John Roosa, serta “Soebandrio : Kesaksianku Tentang G -30 S” yang merupakan kesaksian dari tokoh sentral PKI yaitu Soebandrio, semua berkesimpulan sama yaitu bahwa gerakan Gerakan 30 September PKI merupakan kudeta yang dirancang untuk gagal karena akan ada kudeta merangkak yang mengikutinya. Bahkan Bung Karno menyebut bahwa ini semua merupakan “Riak kecil dalam sebuah Revolusi Besar”.
Seperti sebuah rencana- rencana kejahatan terselubung dalam film Sherlock Holmes yang penuh dengan teka – teki dan misteri, pada akhirnya bahwa pemenang atau aktor utama akan muncul seolah – olah menjadi pahlawan, dengan menggagalkan sebuah kudeta, menumpas seluruh “pemberontak” dan menguasai pemerintahan. Dan dialah presiden kedua kita Soeharto, seorang pahlawan yang muncul menjadi aktor utama setelah peristiwa Gerakan 30 September dan menguasai pemerintahan secara perlahan- lahan dan lambat laun dengan propaganda-propagandanya berhasil berkuasa hingga 30 tahun.
Beberapa Versi tentang "Siapa Dalang terhadap G30S-PKI
Bung Karno pernah berpesan “Jas Merah”, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pesan Bung Karno ini sangatlah penting karena melalui sejarah seseorang dalam lingkup kecil maupun sebuah bangsa dalam lingkup yang lebih luas dapat belajar dari kesalahan dan belajar untuk tidak mengulanginya di masa sekarang dan mendatang. Tetapi bagaimana bila sebuah sejarah yang sangat penting dan menetukan nasib bangsa macam Gerakan 30 September (G30S) ternyata di kemudian hari diketahui bahwa ada upaya pembelokan dan pemelintiran sejarah terhadapnya? Bagaimana bila empat dekade setelahnya ditemukan fakta-fakta yang dapat menimbulkan berbagai versi sebuah peristwa sejarah? Maka inilah enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965 yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang menewaskan ribuan orang sipil dengan dalih pembersihan komunis dari Indonesia.
1. Partai Komunis Indonesia (PKI)
PKI sebagai dalang G30S merupakan versi yang paling populer, paling kuno, dan paling melekat di ingatan dan hati sanubari seluruh rakyat Indonesia. Bahkan singkatan resmi untuk gerakan ini adalah G30S/PKI yang diterjemahkan sebagai Gerakan 30 September oleh PKI. Selama masa Orde Baru setiap malam tanggal 30 September seluruh rakyat Indonesia diwajibkan menonton film kolosal tentang G30S/PKI dengan tujuan mengenang para pahlawan revolusi. Setelah rezim Soeharto tumbang belakangan banyak pendapat yang mengatakan bahwa film tersebut hanyalah propaganda dalam bentuk seluloid, film kolosal sebagai doktrinasi yang melanggengkan kekuasaan Soeharto. Banyak juga ahli sejarah yang mempertanyakan doktrin bahwa PKI sebagai dalang gerakan berdarah ini. Kalau memang PKI memberontak kenapa 3,5 juta anggotanya-yang menjadikan PKI partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan RRC-tidak melawan ketika terjadi pembersihan oleh ABRI? Mengapa partai komunis dengan jumlah anggota terbanyak diantara negara-negara non-komunis itu sangat mudah diruntuhkan dalam waktu beberapa hari saja? Bahkan putusan Mahkamah Militer Luar Biasa saja hanya menyebutkan individu-individu tertentu yang dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup dengan alasan terbukti melakukan makar. Tidak menyebutkan PKI yang melakukan makar.
2. Sebagian Perwira Angkatan Darat dengan PKI sebagai Pemain Kedua
Penentangan terhadap versi pertama diungkapkan oleh Benedict Anderson dan Ruth McVey pada tahun 1966. Mereka berdua mengatakan bahwa G30S berawal dari persoalan intern TNI AD. Dalam teorinya yang kemudian diterbitkan dan dikenal sebagai “Cornell Paper” (1971) beberapa perwira TNI AD dari Kodam IV/Diponegoro kesal melihat para jenderal hidup berfoya-foya di Jakarta. Para perwira dari Jawa Tengah itu kemudian mengajak Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan PKI dalam menjalankan operasinya. Versi ini agak lemah karena faktanya Brigjen Supardjo berasal dari Kodam Siliwangi demikian pula dengan Mayor Udara Sujono, walaupun memang Untung dan Latief dari Kodam IV/Diponegoro. Maka kemudian versi ini ditengahi oleh Harold Crouch dalam The Army and Politics (1978) yang menolak Cornell Paper dengan mengatakan bahwa inisiatif awal gerakan ini timbul dari tubuh TNI AD sedangkan PKI bertindak sebagai “Pemain Kedua” dengam mengacu pada keterlibatan Sjam Kamaruzaman dan Pono-dari Biro Chusus PKI. Tetapi versi ini pun tidak menjelaskan lebih lanjut tentang mengapa gerakan dirancang dengan buruk dan mengapa selang waktu pengumuman pertama dan kedua berselang 5 jam, padahal kunci kudeta adalah pada kecepatan dan ketepatan waktu.
3. Soekarno
Pada tahun 1974 seorang penulis belanda bernama Antonie Dake meneebitkan pengakuan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam The Devious Dalang. Dalam pengakuannya Bambang Widjanarko mengatakan bahwa pada tanggal 4 Agustus 1965 Presiden Soekarno memanggil Letkol.Untung dan memerintahkannya mengambil tindakan terhadap jenderal-jenderal yang tidak loyal. Sebenarnya pengakuan Bambang Widjanarko dapat dikonfrontasi dengan keterangan Bung Karno tetapi beliau sudah terlanjur wafat. Belakangan diketahui bahwa pengakuan Bambang Widjanarko hanyalah strategi untuk mencegah bangkitnya pendukun Soekarno dalam pemilihan umum Juli 1971. Hal ini diketahui setelah Bambang Widjanarko akhirnya mengakui sendiri bahwa saat itu ia dipaksa bersaksi demikian. Juga kalau benar bahwa Presiden Soekarno yang memerintahkan penculikan 7 perwira itu, mengapa malam 1 Oktober 1965 beliau tidak langsung menuju Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma-tempat pengumpulan para jenderal yang diculik? Mengapa harus berputar-putar keliling Jakarta seperti orang kebingungan?
4. Soeharto
Versi ini pertama kali diungkapkan oleh W.F.Wertheim dalam artikelnya yang berjudul Soeharto and the Untung Coup-The Missing Link (1970). Dikatakan bahwa pada malam 1 Oktober 1965 terjadi pertemuan antara Soeharto dengan Latief dan Letkol Untung-pimpinan tim penculik ketujuh jenderal. Tetapi banyak pula ahli sejarah dan politik yang berpendapat bahwa Soeharto bukan tipe orang jenius yang bisa merancang kudeta secara sistematis. Soeharto hanyalah orang yang sudah tahu sebelum kejadian nahas itu terjadi-melalui pertemuannya dengan Untung dan Latief-sehingga ia menjadi orang yang paling siap. Kesiapannya inilah yang menjadi senjata mematikan untuk menumpas PKI sekaligus merebut kekuasaan dari Soekarno.
5. Amerika Melalui Central Intelegence Agency (CIA)
Amerika “gatal” melihat perkembangan PKI di Indonesia. Sebagai “Macan Asia”, berkuasanya komunis di Indonesia bisa menimbulkan efek domino terhadap negara-negara lain di Asia Tenggara. Jika hal ini terjadi maka berarti kiamat bagi Amerika. Hal ini sebenarnya telah disinyalir oleh Bung karno yang dismpaikan dalam pidato Nawaksara (1967) yang menyebut adanya “subversi Nekolim”. Versi ini pada intinya menyatakan bahwa Amerika membujuk TNI AD untuk mengambil kekuasaan dari tangan Soekarno yang pro-komunis dengan membentuk Dewan Jenderal. Isu mengenai Dewan Jenderal-yang sebenarnya belum terbentuk karena TNI AD masih menunggu saat yang tepat-ini membuat PKI khawatir sehingga timbulah tindakan untuk mencegah perebutan kekuasaan oleh TNI AD dengan cara menculik 7 perwira tinggi AD. Tindakan penculikan yang kemudian dihembuskan sebagai tindakan pemberontakan inilah yang kemudian dijadikan dasar tentara-atau Soeharto-untuk membubarkan PKI dan memburu kader-kadernya sampai habis.
6. Sjam Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus Central PKI
Versi yang keenam ini adalah versi yang paling mutakhir. Pertama kali disampaikan oleh John Roosa dalam bukunya berjudul Dalih Pembunuhan Massal : Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto (2008). Dalam bukunya Roosa mengungkapkan bahwa dalam tubuh PKI sebenarnya tidak ada sistem komando yang terpusat. Dalam tubuh PKI ada 2 kubu yaitu kubu militer (Letkol Untung, Latief, dan Sujono) dan Biro Chusus (Sjam, Pono, dengan Aidit sebagai latar belakang). Memang keberadaan Biro Chusus seperti hantu, tidak terlalu terekspos dan tidak banyak yang tahu karena memang tujuan pembentukannya adalah sebagai badan intelejen, organisasi bawah tanah PKI yang bertugas menyusupi tentara. Badan ini dibentuk oleh Aidit-ketua umum PKI-dan berada langsung di bawah komando Aidit. Sjam memegang peranan penting karena bertindak sebagai penghubung antara pihak Untung dengan Aidit. Sayangnya Sjam tidak benar-benar menjadi penghubung. Banyak laporan di lapangan yang kemudian tidak disampaikan kepada Aidit tetapi justru ditindaklanjuti sendiri. Saat upaya rencana penggagalan Dewan Jenderal disampaikan kepada Presiden Soekarno, beliau menolak tindakan tersebut. Dari sini kubu PKI terpecah menjadi 2. Kubu militer yang dipimpin oleh Letkol Untung ingin mematuhi Bung Karno tetapi kubu Biro Chusus yang dipegang Sjam ingin melanjutkan rencana. Perpecahan yang disebabkan arogansi Sjam ini menyebabkan :
· Lamanya selang waktu antara pengumuman pertama dengan pengumuman selanjutnya. Juga menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dan kedua sangat drastis. Pagi hari diumumkan bahwa Presiden Soekarno dinyatakan selamat dari rencana Dewan Jenderal. Tetapi siangnya langsung diumumkan pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.
· Gagalnya gerakan ini karena ada kerancuan yang nyata antara “menyelamtakan presiden” dengan cara menculik Dewan Jenderal dengan “percobaan kudeta” dengan cara membentuk Dewan Revolusi dan membubarkan kabinet.
Dalam versi keenam ini terungkap bahwa sebenarnya G30S lebih tepat dikatakan sebagai aksi-untuk menculik tujuh jenderal dan dihadapkan pada Presiden, bukan gerakan. Sebab, peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat ditumpas dalam waktu singkat. Namun aksi yang berakibat fatal-dengan terbunuhnya enam jenderal-karena perencanaan yang buruk dan arogansi Sjam ini dijadikan dasar oleh Soeharto untuk menumpas PKI sampai ke akar-akarnya. Semisal Sjam Kamaruzaman melaporkan kondisi sebenarnya kepada Aidit bahwa kekuatan mereka belum sempurna, kemudian hanya diputuskan untuk menculik ketujuh jenderal, lalu dihadapkan kepada Presiden unutk dimintai pertanggungjawaban tentang Dewan Jenderal, maka mungkin sejarah akan berkata lain. Mungkin massa akan turun ke jalan menuntut dipecatnya ketujuh jenderal kemudian tokoh-tokoh PKI akan diberikan posisi stratgeis di pemerintahan oleh Presiden Soekarno. Mungkin juga Soeharto tidak akan berkuasa selama 35 tahun di negeri ini. Hanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimunculkan dari fakta sejarah karena sejarah tidak bisa dikembalikan.

Sultan Muhammad Al Fatih II -Penakluk Konstantinopel


Kisah Penaklukan Konstantinopel

Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”1, sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan2.”
Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau3.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.4 Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri, Selamat membaca:
Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.5
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel6.
Benteng Konstantinopel
Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.
Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.7
Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.
Perjalanan Menuju Penaklukan Benteng Konstantinopel
1. Persiapan perang kedua belah pihak.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.
Belajar Islam – Sultan Muhammad Al-Fatih Bagian 2 Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.
Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.
Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang mereka.
Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.8
2. Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.
Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.
Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.
Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa’ Sulthoniy atau meriam sang Sultan.
Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.9
3. Awal pengepungan
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri10, kavaleri11, dan artileri12 diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular13 dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.
Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.14

4. Gambaran benteng pertahanan.

Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat. Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:
*
Pintu Adrenah
*
Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)
*
Pintu Askariy
Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama:
Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa’.
Regu kedua:
Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga:
Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau.15
5. Jalannya pertempuran.
Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja Konstantinopel: “Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota…”. Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.
Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah benteng tanpa takut mati.
Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan yang mencoba menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.
Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Turki mundur dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan.
Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad al-Fatih.
Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.
Sumber:
1 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 6.
2 Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
3Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
4 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di http://www.Wikipedia.com.
5 Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
6 Lihat: Mehmed II di http://www.Wikipedia.com