Sejarah tentang Gerakan 30 September PKI yang selama ini kita
ketahui (versi SOEHARTO) bahwa gerakan G 30 S PKI merupakan rencana
kudeta terhadap pemerintahan yang berkuasa saat itu yaitu Soekarno
dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap Jenderal- jenderal
ABRI yang dimotori oleh PKI dan dibantu dengan militer yang berafiliasi
dengan PKI yaitu Cakrabirawa dibawah Letkol Untung. Sejak dari kecil
setiap tanggal 30 September kita disuguhi oleh film tentang
pemberontakan PKI dimana disitu ditayangkan bagaimana PKI dengan
kejamnya menculik dan membunuh 7 dewan jenderal. Namun semua
itu hanyalah film buatan orde baru yang tentu kita tidak tahu bagaimana
kebenaran ceritanya. Bahkan ketika orde baru runtuh pun kita belum tahu
bagaimana sejarah yang benar tentang peristiwa tersebut, mengingat
banyak saksi sejarah yang sudah tidak ada (meninggal, vonis hukuman mati
atau bahkan ditembak ditempat).
Sampai
dengan saat ini masih banyak sekali labirin – labirin yang selalu
menimbulkan pertanyaan, dan dari berbagai buku dan literature yang ada,
baik terbitan barat, maupun kesaksian subandrio pun masih banyak hal
yang menjadi pertanyaan. Hal ini seharusnya pemerintah perlu meluruskan
bagaimana sejarah yang sebenarnya terjadi pada saat peristiwa Gerakan 30 September
PKI, sebab peristiwa ini merupakan tonggak awal dari berdirinya rezim
kediktatoran Soeharto, masuknya korporat- korporat asing yang mengeruk
kekayaan bangsa kita. Selain itu yang terpenting adalah bagaimana
bencana kemanusiaan, pembunuhan masal terhadap orang- orang PKI
diseluruh negeri ini yang menurut berbagai sumber mencapai setengah juta
jiwa di Jawa dan Bali ini bisa terjadi. Lalu siapakah yang harus
bertanggung jawab terhadap pembantaian tersebut?siapakah yang harus
bertanggungjawab terhadap pengambilan hak – hak, pendiskriminasian
mereka yang keturunan PKI?bagaimana mungkin kesalahan kolektif masih
bisa diterima oleh bangsa ini?itulah rule of law yang telah ditolak
diseluruh dunia, hanya bangsa kita lah yang menerimanya. Bagaimana
mungkin pemberontakan oleh militer dan sipil yang pro terhadap PKI
menjadi kesalahan seluruh partai PKI? dosa seluruh pengikut PKI? Ingat
bahwa saat itu PKI merupakan partai ke 4 terbesar. Apakah sebanyak itu
pula orang jahat dinegeri ini?
Banyak
sekali kejanggalan- kejanggalan yang terjadi dalam peristiwa Gerakan 30 September PKI
apabila itu disebut kudeta terhadap pemerintahan, mengingat kudeta ini
hanya berumur pendek, dalam kurun waktu beberapa hari saja para
pemimpinnya sudah ditangkap semua. Adalah suatu yang janggal ketika
sebuah partai yang besar melakukan kudeta dengan rencana yang tidak
tersusun rapi dan dalam waktu singkat bisa dipadamkan. Kejanggalan
berikutnya adalah bagaimana mungkin partai yang saat itu dekat dengan
presiden karena menyetujui aksi “Ganjang Malaysia” yang ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu.Para jenderal pada saat itu tidak ingin untun melawan malaysia karna malaysa adalah negara persemakmuran inggris.Di pihak PKI, mereka menjadi pendukung terbesar gerakan "ganyang Malaysia" yang mereka anggap sebagai antek Inggris, antek nekolim.
PKI juga memanfaatkan kesempatan itu untuk keuntungan mereka sendiri,
jadi motif PKI untuk mendukung kebijakan Soekarno tidak sepenuhnya
idealis.Bagaimana keterlibatan agen CIA terhadap aksi
ini, mengingat posisi Indonesia yang kuat dalam percaturan politik
internasional dibawah Soekarno sudah mulai membahayakan Amerika yang
pada saat itu sedang berperang di Vietnam. Kejanggalan terakhir adalah
siapa yang berada dibalik semua peristiwa tersebut? Apakah kudeta Gerakan 30 September
PKI merupakan kudeta yang direncana untuk gagal karena ada kudeta
merangkak dibelakangnya.
Kita tidak
bisa tahu secara pasti karena berbagai fakta sejarah telah bercampur
menjadi fiktif, sehingga sukar kita mengetahui apa dan bagaimana
peristiwa tersebut secara utuh. Yang ada hanyalah kepingan – kepingan
fakta sejarah yang membuat kita menyimpulkan sendiri bagaimana
sebenarnya peristiwa Gerakan 30 September PKI tersebut. Dari buku “Dalih Pembunuhan
Masal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto “ karya John Roosa, serta
“Soebandrio : Kesaksianku Tentang G -30 S” yang merupakan kesaksian
dari tokoh sentral PKI yaitu Soebandrio, semua berkesimpulan sama yaitu
bahwa gerakan Gerakan 30 September PKI merupakan kudeta yang dirancang untuk gagal
karena akan ada kudeta merangkak yang mengikutinya. Bahkan Bung Karno
menyebut bahwa ini semua merupakan “Riak kecil dalam sebuah Revolusi
Besar”.
Seperti
sebuah rencana- rencana kejahatan terselubung dalam film Sherlock Holmes
yang penuh dengan teka – teki dan misteri, pada akhirnya bahwa pemenang
atau aktor utama akan muncul seolah – olah menjadi pahlawan, dengan
menggagalkan sebuah kudeta, menumpas seluruh “pemberontak” dan menguasai
pemerintahan. Dan dialah presiden kedua kita Soeharto, seorang pahlawan
yang muncul menjadi aktor utama setelah peristiwa Gerakan 30 September dan menguasai
pemerintahan secara perlahan- lahan dan lambat laun dengan
propaganda-propagandanya berhasil berkuasa hingga 30 tahun.
Beberapa Versi tentang "Siapa Dalang terhadap G30S-PKI
Bung Karno pernah berpesan “Jas
Merah”, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pesan Bung Karno ini
sangatlah penting karena melalui sejarah seseorang dalam lingkup kecil
maupun sebuah bangsa dalam lingkup yang lebih luas dapat belajar dari
kesalahan dan belajar untuk tidak mengulanginya di masa sekarang dan
mendatang. Tetapi bagaimana bila sebuah sejarah yang sangat penting dan
menetukan nasib bangsa macam Gerakan 30 September (G30S) ternyata di
kemudian hari diketahui bahwa ada upaya pembelokan dan pemelintiran
sejarah terhadapnya? Bagaimana bila empat dekade setelahnya ditemukan
fakta-fakta yang dapat menimbulkan berbagai versi sebuah peristwa
sejarah? Maka inilah enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965
yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang
menewaskan ribuan orang sipil dengan dalih pembersihan komunis dari
Indonesia.
1. Partai Komunis Indonesia (PKI)
PKI sebagai
dalang G30S merupakan versi yang paling populer, paling kuno, dan paling
melekat di ingatan dan hati sanubari seluruh rakyat Indonesia. Bahkan
singkatan resmi untuk gerakan ini adalah G30S/PKI yang diterjemahkan
sebagai Gerakan 30 September oleh PKI. Selama masa Orde Baru setiap
malam tanggal 30 September seluruh rakyat Indonesia diwajibkan menonton
film kolosal tentang G30S/PKI dengan tujuan mengenang para pahlawan
revolusi. Setelah rezim Soeharto tumbang belakangan banyak pendapat yang
mengatakan bahwa film tersebut hanyalah propaganda dalam bentuk
seluloid, film kolosal sebagai doktrinasi yang melanggengkan kekuasaan
Soeharto. Banyak juga ahli sejarah yang mempertanyakan doktrin bahwa PKI
sebagai dalang gerakan berdarah ini. Kalau memang PKI memberontak
kenapa 3,5 juta anggotanya-yang menjadikan PKI partai komunis terbesar
ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan RRC-tidak melawan ketika terjadi
pembersihan oleh ABRI? Mengapa partai komunis dengan jumlah anggota
terbanyak diantara negara-negara non-komunis itu sangat mudah
diruntuhkan dalam waktu beberapa hari saja? Bahkan putusan Mahkamah
Militer Luar Biasa saja hanya menyebutkan individu-individu tertentu
yang dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup dengan alasan terbukti
melakukan makar. Tidak menyebutkan PKI yang melakukan makar.
2. Sebagian Perwira Angkatan Darat dengan PKI sebagai Pemain Kedua
Penentangan
terhadap versi pertama diungkapkan oleh Benedict Anderson dan Ruth McVey
pada tahun 1966. Mereka berdua mengatakan bahwa G30S berawal dari
persoalan intern TNI AD. Dalam teorinya yang kemudian diterbitkan dan
dikenal sebagai “Cornell Paper” (1971) beberapa perwira TNI AD dari
Kodam IV/Diponegoro kesal melihat para jenderal hidup berfoya-foya di
Jakarta. Para perwira dari Jawa Tengah itu kemudian mengajak Angkatan
Udara Republik Indonesia (AURI) dan PKI dalam menjalankan operasinya.
Versi ini agak lemah karena faktanya Brigjen Supardjo berasal dari Kodam
Siliwangi demikian pula dengan Mayor Udara Sujono, walaupun memang
Untung dan Latief dari Kodam IV/Diponegoro. Maka kemudian versi ini
ditengahi oleh Harold Crouch dalam The Army and Politics (1978) yang menolak Cornell Paper
dengan mengatakan bahwa inisiatif awal gerakan ini timbul dari tubuh
TNI AD sedangkan PKI bertindak sebagai “Pemain Kedua” dengam mengacu
pada keterlibatan Sjam Kamaruzaman dan Pono-dari Biro Chusus PKI. Tetapi
versi ini pun tidak menjelaskan lebih lanjut tentang mengapa gerakan
dirancang dengan buruk dan mengapa selang waktu pengumuman pertama dan
kedua berselang 5 jam, padahal kunci kudeta adalah pada kecepatan dan
ketepatan waktu.
3. Soekarno
Pada tahun 1974 seorang penulis belanda bernama Antonie Dake meneebitkan pengakuan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam The Devious Dalang.
Dalam pengakuannya Bambang Widjanarko mengatakan bahwa pada tanggal 4
Agustus 1965 Presiden Soekarno memanggil Letkol.Untung dan
memerintahkannya mengambil tindakan terhadap jenderal-jenderal yang
tidak loyal. Sebenarnya pengakuan Bambang Widjanarko dapat dikonfrontasi
dengan keterangan Bung Karno tetapi beliau sudah terlanjur wafat.
Belakangan diketahui bahwa pengakuan Bambang Widjanarko hanyalah
strategi untuk mencegah bangkitnya pendukun Soekarno dalam pemilihan
umum Juli 1971. Hal ini diketahui setelah Bambang Widjanarko akhirnya
mengakui sendiri bahwa saat itu ia dipaksa bersaksi demikian. Juga kalau
benar bahwa Presiden Soekarno yang memerintahkan penculikan 7 perwira
itu, mengapa malam 1 Oktober 1965 beliau tidak langsung menuju Pangkalan
Udara Halim Perdana Kusuma-tempat pengumpulan para jenderal yang
diculik? Mengapa harus berputar-putar keliling Jakarta seperti orang
kebingungan?
4. Soeharto
Versi ini pertama kali diungkapkan oleh W.F.Wertheim dalam artikelnya yang berjudul Soeharto and the Untung Coup-The Missing Link
(1970). Dikatakan bahwa pada malam 1 Oktober 1965 terjadi pertemuan
antara Soeharto dengan Latief dan Letkol Untung-pimpinan tim penculik
ketujuh jenderal. Tetapi banyak pula ahli sejarah dan politik yang
berpendapat bahwa Soeharto bukan tipe orang jenius yang bisa merancang
kudeta secara sistematis. Soeharto hanyalah orang yang sudah tahu
sebelum kejadian nahas itu terjadi-melalui pertemuannya dengan Untung
dan Latief-sehingga ia menjadi orang yang paling siap. Kesiapannya
inilah yang menjadi senjata mematikan untuk menumpas PKI sekaligus
merebut kekuasaan dari Soekarno.
5. Amerika Melalui Central Intelegence Agency (CIA)
Amerika “gatal”
melihat perkembangan PKI di Indonesia. Sebagai “Macan Asia”,
berkuasanya komunis di Indonesia bisa menimbulkan efek domino terhadap
negara-negara lain di Asia Tenggara. Jika hal ini terjadi maka berarti
kiamat bagi Amerika. Hal ini sebenarnya telah disinyalir oleh Bung karno
yang dismpaikan dalam pidato Nawaksara (1967) yang menyebut adanya
“subversi Nekolim”. Versi ini pada intinya menyatakan bahwa Amerika
membujuk TNI AD untuk mengambil kekuasaan dari tangan Soekarno yang
pro-komunis dengan membentuk Dewan Jenderal. Isu mengenai Dewan
Jenderal-yang sebenarnya belum terbentuk karena TNI AD masih menunggu
saat yang tepat-ini membuat PKI khawatir sehingga timbulah tindakan
untuk mencegah perebutan kekuasaan oleh TNI AD dengan cara menculik 7
perwira tinggi AD. Tindakan penculikan yang kemudian dihembuskan sebagai
tindakan pemberontakan inilah yang kemudian dijadikan dasar
tentara-atau Soeharto-untuk membubarkan PKI dan memburu kader-kadernya
sampai habis.
6. Sjam Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus Central PKI
Versi yang keenam ini adalah versi yang paling mutakhir. Pertama kali disampaikan oleh John Roosa dalam bukunya berjudul Dalih Pembunuhan Massal : Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto
(2008). Dalam bukunya Roosa mengungkapkan bahwa dalam tubuh PKI
sebenarnya tidak ada sistem komando yang terpusat. Dalam tubuh PKI ada 2
kubu yaitu kubu militer (Letkol Untung, Latief, dan Sujono) dan Biro
Chusus (Sjam, Pono, dengan Aidit sebagai latar belakang). Memang
keberadaan Biro Chusus seperti hantu, tidak terlalu terekspos dan tidak
banyak yang tahu karena memang tujuan pembentukannya adalah sebagai
badan intelejen, organisasi bawah tanah PKI yang bertugas menyusupi
tentara. Badan ini dibentuk oleh Aidit-ketua umum PKI-dan berada
langsung di bawah komando Aidit. Sjam memegang peranan penting karena
bertindak sebagai penghubung antara pihak Untung dengan Aidit. Sayangnya
Sjam tidak benar-benar menjadi penghubung. Banyak laporan di lapangan
yang kemudian tidak disampaikan kepada Aidit tetapi justru
ditindaklanjuti sendiri. Saat upaya rencana penggagalan Dewan Jenderal
disampaikan kepada Presiden Soekarno, beliau menolak tindakan tersebut.
Dari sini kubu PKI terpecah menjadi 2. Kubu militer yang dipimpin oleh
Letkol Untung ingin mematuhi Bung Karno tetapi kubu Biro Chusus yang
dipegang Sjam ingin melanjutkan rencana. Perpecahan yang disebabkan
arogansi Sjam ini menyebabkan :
· Lamanya
selang waktu antara pengumuman pertama dengan pengumuman selanjutnya.
Juga menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dan kedua sangat
drastis. Pagi hari diumumkan bahwa Presiden Soekarno dinyatakan selamat
dari rencana Dewan Jenderal. Tetapi siangnya langsung diumumkan
pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.
· Gagalnya
gerakan ini karena ada kerancuan yang nyata antara “menyelamtakan
presiden” dengan cara menculik Dewan Jenderal dengan “percobaan kudeta”
dengan cara membentuk Dewan Revolusi dan membubarkan kabinet.
Dalam versi keenam ini terungkap
bahwa sebenarnya G30S lebih tepat dikatakan sebagai aksi-untuk menculik
tujuh jenderal dan dihadapkan pada Presiden, bukan gerakan. Sebab,
peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah
yang dapat ditumpas dalam waktu singkat. Namun aksi yang berakibat
fatal-dengan terbunuhnya enam jenderal-karena perencanaan yang buruk dan
arogansi Sjam ini dijadikan dasar oleh Soeharto untuk menumpas PKI
sampai ke akar-akarnya. Semisal Sjam Kamaruzaman melaporkan kondisi
sebenarnya kepada Aidit bahwa kekuatan mereka belum sempurna, kemudian
hanya diputuskan untuk menculik ketujuh jenderal, lalu dihadapkan kepada
Presiden unutk dimintai pertanggungjawaban tentang Dewan Jenderal, maka
mungkin sejarah akan berkata lain. Mungkin massa akan turun ke jalan
menuntut dipecatnya ketujuh jenderal kemudian tokoh-tokoh PKI akan
diberikan posisi stratgeis di pemerintahan oleh Presiden Soekarno.
Mungkin juga Soeharto tidak akan berkuasa selama 35 tahun di negeri ini.
Hanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimunculkan dari fakta sejarah
karena sejarah tidak bisa dikembalikan.